Orang Tua Sebagai Guru Utama dan Pertama Di Tengah Pandemi Covid-19





Oleh :  Marianus Hamse, S. Pd.

Guru  Bahasa  Indonesia
SMP  N 3  Pacar,  Kec.  Pacar,  Kab.  Manggarai  Barat

Rabu, 20  Mei  2020

(Semua isi tulisan pengalaman ini adalah refleksi dari penulis sendiri tentang pembelajaran saat pandemi Covid-19)


Pandemi  Covid-19  menggemparkan  dunia  akhir-akhir  ini,  termasuk  Indonesia,  menciptakan fobia  yang  berkepanjangan.  Kemendikbud  RI  terpaksa  mentransformasikan  pembelajaran  tatap  muka di  kelas  menjadi  berbasis  daring  atau  online,  dengan  menerbitkan  Surat  Edaran  Nomor  4  Tahun  2020 tentang  Pelaksanaan  Kebijakan  Pendidikan  dalam  Masa  Darurat  Penyebaran  Coronavirus  Disease (Covid-19)    yang  salah  satu  poinnya  menegaskan:  pembelajaran  dari  rumah  melalui  pembelajaran daring/jarak  jauh  dilaksanakan  untuk  memberikan  pengalaman  belajar  yang  berrmakna  bagi  siswa, tanpa  terbebani  tuntutan    menuntaskan  seluruh  capaian  kurikulum  untuk  kenaikan  kelas  maupun kelulusan.     Konsep  sekolah  di  rumah  (home-schooling)  ini    tidak  berjalan  baik  sesuai  pemikiran  pembuat kebijakan.  Tentunya  pembelajaran  ini  tidak  ideal  (untuk  daerah  pelosok).  Penyebabnya  adalah  fasilitas yang  tidak  memadai,  karena  masih  terjadi  ketimpangan  sosial  antara  kota  dan  daerah  (pelosok). Meskipun  demikian,  tentunya  pembelajaran  tetap  dilaksanakan.  Pendidik  dalam  situasi  ini  wajib memutar  otak  menemukan  solusi  dari  permasalahan  ini.  Namun,  di  sisi  lain,  masih  ada  juga  pendidik yang  tidak  melaksanakan  kewajibannya,  alasannya  sederhana  yaitu  tidak  ada  fasilitas  yang mendukung  pembelajaran  ini  (jaringan  internet,  kuota  internet,  fasilitas  seperti  ponsel  android,  laptop, dll).  Sebenarnya  masih  ada  solusi,  yaitu  pendidik  mendatangi  peserta  didik  satu  per  satu,  memberikan tugas  dan  dikumpulkan  di  pertemuan  berikutnya  atau  peserta  didik  dikumpulkan  di  sebuah  rumah dengan  tetap  melaksanakan  aturan  mengenakan  masker,  duduk  jarak  satu  meter, dan  tidak  melakukan kontak  fisik.  Pertemuan  ini  tentunya  dijadwalkan  dengan  sistematis  oleh  pendidik.  Sehingga  di  tengah prahara  pandemi  ini,  tidak  terkesan  peserta  didik  dibiarkan  begitu  saja.  Namun,  tentunya  pendidik memikirkan  waktu,  biaya,  jarak  dan  lainnya! Kalau  toh  guru  atau  pendidik  tidak  bekerja  maksimal  menjadi  pelayan  pengetahuan  bagi peserta  didiknya  selama  pandemi  ini,  maka  tugas  pendidik  (guru)  dialihkan  kepada  orang  tua  peserta didik  sebagai  guru  utama  dan  pertama  dalam  mendidik  dan  menafkahi  pengetahuan  kepada  anak. Anak  tetap  perlu  mendapatkan  haknya,  yaitu  hak  memperoleh  ilmu  pengetehuan,  dan  orang  tua  perlu menjalankan  perannya  sebagai  pembentuk  watak  dan keperibadian  anak. 

Solusi

Pada dasarnya, terlepas dari perkara gelar profesi sebagai guru, setiap orang memiliki kewajiban sebagai seorang pendidik. Karena satu hal yang kita tuju, yaitu membantu anak-anak kita terbekali dengan baik untuk kehidupan mereka kelak (Dina Alfiyanti, 2016:12). Pendapat di atas menegaskan kepada kita bahwa orang tua adalah pendidik (guru) bagi anaknya. Orang tua tidak perlu khawatir membelajarkan anaknya di rumah. Sangat diyakini, bahwa orang tua mengambil peran sebagai guru sementara waktu untuk anaknya seperti di sekolah. Karena itu, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk menjadi guru anak-anaknya di rumah.

Pertama, memberi pemahaman kepada anak tentang situasi yang terjadi. Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ri, tentang Pelaksanaan kebijakan Pendidikana dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) yang salah satu poinnyae menegaskan belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, antara lainm mengenai pandemi Covid-19. Orang tua perlu menjelaskan kepada anak tentang wabah ini. Dijelaskan
bahwa pembelajaran di rumahkan (home learning) ini bukan seperti libur nasional atau libur hari raya. Buatlah anak memahami ini, sehingga meminimalisir waktu anak terbuang untuk bermain atau beraktivitas di luar
rumah. Di sisi lain, orang tua harus paham tentang situasi ini juga, jangan sampai orang tua
memberikan porsi kerja rumah berlebihan kepada anak dan melewatkan waktu belajarnya.

Kedua, membuat jadwal belajar anak secara sistematis dan wajib. Orang tua bersama anak membuat jadwal rutin belajar di rumah. Jadwal ini nantinya harus dilaksanakan. Orang tua perlumengawasi anak. Dengan catatan, dalam jadwal harus tetap ada jeda waktu anak untuk bermain atau
membantu orang tua, agar tidakterjadi kejenuhan. Orang tua pun harus paham, bahwa pembelajaran
tidak hanya memaksakan aspek kognitif anak, tetapi juga memperhatikan dua aspek lainnya, yaitue afektif dan psikomotorik, seperti yang dikatakan Benyamin S. Bloom (via H. D. Iryanto, 2012:7). Aspekafektif anak akan berkembang jika orang tuanya bersikap tegas kepada anaknya untuk mematuhi jadwal yang sudah dibuat.
Ketika orang tua mengemban tugas baru (menjadi guru dadakan selama pandemi), tentu kewalahan alasannya adalah sibuk. Kesibukan orang tua bisa dipahami, apalagi orang tua (ayah atau
ibu) adalah tulang punggung keluarga. Namun, apakah anak dibiarkan saja? Jawabannya tentu tidak! Maka dari itu, orang tua perlu membagi waktu disela-sela kesibukannya. Jangan lupa seperti yang
dikatakan Ki Hajar Dewantara: pendidikan dilangsungkan untuk mengembangkan karakter dan kecerdasan (Via Dina Alfiyanti, 2016:11). Di tengah pandemi ini, tugas menumbuhkan karakter anak
dan mencerdaskan anak adalah orang tua, di samping guru! Di sini, orang tua harus melepaskan keegoisannya dalam kesibukannya sebagai penjamin kebahagiaan keluarga.

Proses pembelajaran haruslah tetap dilaksanakan dalam situasi apa pun. Orang tua perlu menyadari, bahwa proses pembelajaran tidak selamanya diemban guru atau pendidik di sekolah.
Kecerdasan anak tentunya menjamin masa depannya yang cemerlang.
Kecerdasan itu diperolehnya
melalui proses pembelajaran yang tidak terputus-putus (entah dalam situasi darurat apa pun). Oleh Sebab itu,kita semua adalah guru untuk anak-anak kita. Tugas kita wajib dilaksanakan untuk membentuk watakanak bangsa yang ideal melalui pengembangan pembelajaran yang efektif dan efisien.




#Best friend -HD-

Komentar

Postingan Populer