Cerpen : Lika Liku Panggilan Hidup
Lagi- lagi_ Kristianus Garman adalah seorang siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Macang Pacar, Kec. Pacar, Kab. Manggarai Barat, NTT. Dia merupakan salah satu dari ratusan siswa penggiat Literasi atau Komunitas SADANA ( Sarana Asah Daya Nalar) SMA Negeri 2 Macang Pacar komunitas tempat dia sekolah.
Kali ini dia memberikan secuil kisah karya sastra. Cerpen (Cerita Pendek).
Tidak heran dengan sapaan akrab " Tian " sangat aktif menulis dalam karya karya sastra baik fiksi maupun non fiksi.
Selamat membaca.
Jika sebuah tantangan dan cobaan adalah hal yang dapat merapuhkan harapan dan angan,maka orang yang lemah dan mudah putus asa pasti akan terlemparkan dan terpinggirkan dari sebuah kehidupan, begitu pun sebaliknya.
Malam malam terus dilewatinya, hari haripun terus dirajutinya bersama jejak yang menyelinap dalam memori.
Richardo adalah seorang pribadi yang rajin,lugu ,pintar dan sopan serta rajin berdoa. Ia adalah anak tunggal dari sebuah keluarga yang sederhana, maka tidak mengherankan jika kedua orang tuanya sangat menyanyangi dan mencintainya serta memanjakannya.
Bapaknya adalah seorang petani yang rajin dan bekerja keras. Dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Meskipun hidup sederhana mereka sangat bahagia, mereka selalu bersyukur setiap apa yang diberikan kepada mereka. Richardo juga mempunyai pilihan hidup yang kontroversi dengan statusnya dalam keluarga. Ia ingin masuk seminari. Namun, niat atau harapannya ia sembunyikan atau mengurungkannya. Karena ia tahu apa reaksi dan hal yang akan dihadapinya. Tentu orang tuanya tidak akan merestui opsi yang dipilihnya, pikir Richardo.
Pada senja membiaskan jelaga pada daratan,Richardo menghampiri kedua orangtuanya yang sedang duduk santai di teras rumah. Kedua orangtuanya menyilahkan ia duduk ditengah.
"Pa. Ma, aku mau bicara sesuatu kepada bapa dan mama", sahut Richardo membuka pembicaraan diantara mereka."Kau mau bicara apa nak?" Sahut ayahnya sambil memberikan senyum manis kepada anaknya. "Do. Sebelum kau menyampaikan apa yang kau ingin sampaikan,lebih baik kau buatin kopi manis tu mama dan papamu",pinta mamanya. Richardo mengangguk beranjak lalu melangkah ke dapur.Diseduhnya air hangat pada cangkir yang telah diisi kopi dan gula,lalu diaduknya sampai rata. Kemudian diantarkan ke orang tuanya yang duduk manis diteras rumah. "Pa. Ma ini kopinya sudah disiapkan", sahutnya sembari meletakkan dua cangkir yang berisi kopi manis."Ayo ma. pa kopinya diminu,tidak enak lho kalau kopinya dingin"ajaknya."Makasi nak telah menyediakan kopi tuk kami", kata ayahnya sambil menyeruputi kopi yang manis."Enak sekali kopi buatanmu nak",lanjut mamanya memuji anaknya.
"Do.Apa yang kau bicarakan?, kata ayahnya."Begini Pa, beberapa hari lagi akan diadakan testing untuk masuk seminari dan saya ingin mengikutinya.Ini adalah kesempatan emas bagiku Pa,karena saya mau menjadi seorang seminaris", katanya dengan penuh harapan . Sedangkan orangtuanya sangat kaget dengan opsi yang dipilih oleh buah hatinya.Pilihannya sangat kontroversi dengan harapan ayahnya.Ayahnya menginginkan Richardo masuk sekolah wisata,dengan harapan banyak lowongan dan memunyai upah yang tinggi jika sukses kelak.
"Maaf nak ayah dan mamamu tidak merestui keingananmu", kata ayahnya.
"Kau ini anak tunggal DO mana mungkin ka masuk seminari,nanti kita ada keturunan atau generasi penerus keluarga", lalu biaya kehidupan diseminari sangat mahal sangat sulit bagi kita nak,lanjut ibunya mengharapkan buah hati mereka mengerti dengan keadaan dan kondisi keluarga."Ma kalau soal biaya saya yakin papa dan mama pasti bisa,aku hanya minta restu ma", mohonya. Tetapi kedua orang tuanya tidak lagi meresponnya lalu pergi meninggalkan ia sendirian di teras rumah.
Hatinya sangat pilu. Kini senja kelam menyimuti jagat raya.Alam hanya membisu. Daun daun tak lagi berterbangan ditiup angin dimusim kering. Burung berhenti bernyanyi,seakan mereka mengetahaui apa yang sedang terjadi. Jagat seakan tidak memihak padanya. Malam semakin hening gelap pekat menerpa jiwa sunyi dan sepi.Richardo masih dudul di teras rumah sembari memandang langit yang kian diselimuti awan hitam. Menanti sang jagat menjawab semua risau hatinya. Dibawah bentangan langit kelam, udara dingin menusuk menembus kalbu. Ia tidak menghiraukan semuanya itu. Dirinya diselimuti oleh harapan yang tak pasti. Dan ditemani oleh oleh opsi yang usang ditelan oleh sang waktu kan berlalu.
Gelap menerpa jagat ini membuat Richardo merasakan ngantuk oleh harapan yang usang. Lalu ia beranjak menuju kamar tidurnya dihiasi oleh cahaya pelita yang tersamar samar memenuhi seluruh ruangan itu. Ia merebah berlarut dalam mimpi mimpi malam itu. Entah mimpi indah maupun mimpi tentang harapannya tang usang dan tak berdaya pada genggaman orang tuanya. Keesokan harinya ia menjalani hidupnya seperti biasa. Tetap semangat, bergairah layaknya orang yang tidak mempunyai masalag dalam diri. Ia tidak terbelenggu oleh kisah yang berlarut larut. Bukan juga ia sudah putus asa, melainkan ia pandai menyembunyikan segala derita tang dialami dalam hidupnya. Orangtuanya sangat heran dengan sikap buah hati mereka. Ia tidak sama dengan anak anak yang seumur dia yang ada dilingkungannya. Mereka yang mudah menangis ketika pilihan mereka tidak diiakan oleh orang tua mereka.
Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu,Richardo menghampiri ayahnya yang lagi santai diruang tamu. Ia mengambil tempat disamling ayahnya lalu duduk."Do kau mau bicara apalagi nak", sahut ayahnya lagi lagi membuka pembicaraan diantara mereka." Maaf ya Do papa tidak akan mengiakan apa yang menjadi pilihan hidupmu", lanjutnya. "Bukan pa aku hanya ingin memijat papa sudah seharian papa bekerja di kebun, pasti kecapaian maka saya memijat bagian yang terasa pegal ", jawabnya. Jawabannya sangat kontroversi dengan apa yang dipikirkan ayahnya. Lalu Richardo memijat papanya memberikan rasa segar pd seluruh tubuh ayahnya.
Kini malam menghampiri dirinya. Di sudut ruang tamu cahaya lilin memenuhi isi ruang itu. Tampak dari jauh sebuah salib dan patung bunda Maria,serta buku buku rohani yang ditata rapi di atas sebuah meja kecil. Disitulah Richardo duduk dan sambil berdoa. Ia percaya bahwa Tuhan selalu menyertai dan sudi mendengarkan segala keluh kesah hidupnya. Doanya sangat khusuk,tampak dari segi duduknya seperti orang yang sedang bertapa. Ia masih dalam kekhusukan doa. Tak terasa malam telah tiba. Gelap pekat sunyi dan hening hingga ia merasaka Tuhan sungguh hadir dalam jiwanya yang merana. Malam semakin hening gelap pekat menerpa jagat. Membuat tubuh Richardo diselimuti oleh rasa kantuk.Akhirnya ia merebahlan diri lalu tidur dalam pelukan kasih Tuhan. Melewati segala derita hidupnya dan menikmati kisah kisah manis dengan Tuhan lewat mimpi yang indah. Hingga angin dingin di musim kering tak dirasakannya.
Dua hari lagi testing akan dilaksanakan.Richardo sangat sedih. Ia sangat kesepian dan merasa jauh dari semua orang terutama dari Tuhan. Seperti keberadaannya dalam sebuah pengasingan. Kali ini ia tdk bisa menyembunyikan rasa sedihnya. Hidupnya hampa. Sepi yang tak pernah menepi. Air mata berlinang memenuhi kelopak mata ,jatuh berderai dipipi. Bagaikan gelombang laut pd musim kering. Pikirannya dimakan petir. Hancur harapannya seperti gelas yang jatuh berkeping keping. Semua rasa menjadi semu.
Di sela sela kesedihan ayahnya menghampiri dirinya yang dirasa hampa."Do jangan menangis", tawar ayah. Tetapi ia tidak menghiraukannya. Ia masih sedih. "Do kali ini ayah memberikan sesuatu padamu. Papa yakin kamu pasti menyukainya",bujuknya.
Kini senja mulai memberikan sinar indah. Berkarat keemasan mulai muncul. Memberikan kesenangan dan kenikmatan bagi yang memandang.
Apakah ayah Richardo memberikan sestatu yang lebih indah dari senja?
Atau mungkin memberikan sesuatu yang gelap tak berhias bintang?
Senja itu kira kira pukul 18:00, seorang bocah bermandikan cahaya senja melopat kegirangan. Berteriak hingga suaranya memecah membelah angkasa.
Segala harapan yang dinantikan jadi terkabulkan. Segala yang usang menjadi sempurna. Segala mimpi telah menjadi kenyataan. Segala doa dikabulkan. Tangisan diganti sukacita.
Richardo telah didaftar ayahnya untuk mengikuti testing.Akhirnya Richardo menjadi seorang peserta testing.
Hari yang indah dengan segala kebahagiannya menghampiri seorang insan yang bijak. Richardo mengukir semua kisah indahnya pada bentangan
langit yang indah berhias bintang gemilang. Segala harapn telah menjadi kenyataan adalah hasil dari sebuah pengorbanan yang total.
Oleh : Kristianus Garman
Editor : Hironimus Deo
Keren banget
BalasHapusTetap semangat adek💪