Tangisan Semesta ll Puisi- Refleksi Corona


📝📰✍️
   
    Puisi adalah suatu seni dalam mempermainkan rima dan nada yang menarik. Puisi juga merupakan suatu karya sastra keindahan yang mampu menghipnotis pembaca saat sejenak henti menafsirkan tentang sebuah hal dalam imajinasi seorang penulis atau penyair. 

Kali ini adalah sebuah puisi karya sastra yang berandai-andai tentang refleksi Corona Virus Desease ( Covid- 19).

___
_______
Selamat Membaca.


                 Tangisan Semesta

Pagi menyapa tak hangat lagi
Mondar mandir hati risau cemas
Merayu syahdu ilusi bau musim 
Panik, waspada diri
gemetar jiwa raga

Rupanya musim tak tetap
berprotes pada janji
Bukan hal biasa namun hal terbiasa
Penagih- penagih hutang pergi 
Tuan- tuan pemanis janji gelisah mengigit bibir 
Lalu, diam
Tuan-tuan mengkerut kening sendiri, 
Mungkin sedang tuli
atau...
Entahlah...

Tengah pintu keraguan mahasiswa perantau menunggu waktu pulang atau terus melalang
Teriakan- teriakan kelaparan kadang tak dihiraukan,

Bumi kini masih sakit, 
Tangisan berbalut duka, menunggu sedekah tak kunjung datang dari alam semesta mereka anggarkan

Bocah- bocah berkaleng menyanyi riang
Tak kenal Istilah-istilah
Tak kenal malu, berharap seperti benalu
Menjajakan  koran, hirup asap debu sudah biasa
Terisak-isak gigitan nyamuk
Gigil dekil diemperan toko
Tidur tak aman dahaga kering
Mengais rezeki dari botol kemasan

Tangisan semesta
Pengganguran, kemiskinan, perampokan,
mutilasi, penipuan dan insan-insan banyak membelenggu.

Hey, penghuni semesta..
Bangkitlah, bukan sekadar doa pasrah
Bekerja, bukan mengeluh saja
Berpikir, bukan hanya benci tanpa sebab


Pecandu politik dinegeriku
Mulai kibarkan ilustrasi seni
Sementara para wakil
Kepul asap hitam di tengah pandemi
Para wakil sibuk berkoalisi tak tepat janji, 
Lalu, pergi hilir mudik ke pelosok negeri kecil

Di tengah pandemi PHK masal dari perusahaan itu pun berdarah duka
Para pengganguran bertambah luka
Lalu, bagaimana kisah selanjutnya?

Kini ibu pertiwi hujan air mata
Ribuan insan-insan tengelam lenyap dibaluti kafan
Insan- insan manusia lain
Takut, kesakitan, keraguan
Bertekuk lutut tiada henti
pasrah padaNya.
Lalu, tak tahu tangisan ini berakhir 

Tengah tahun senja berganti suram
Takut, ketakutan masih meraja
Gelisah rindu dilema mereka jua
silahturahmi tak hangat lagi
Cemas, gemetar tangan tak sampai

Alam semesta, 
pulihlah seperti semula
Lenyaplah bersama ritual doa_doa diembun pagi
Bersama saksi duka doa leluhur
Perkenankan oleh_Nya mendengar.


Helung,13 Juli 2020

-Deo Hironimus-

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer