CERITA PENDEK : RINDU MENYIHIRKU - KARYA YULIANA N. HARMIN
Karya : Yuliana N. Harmin.
Peserta Didik SMAN 2 Macang Pacar, Komunitas Literasi SADANA SMA Negeri 2 Macang Pacar, Manggarai Barat NTT.
*** Jika mencintaimu adalah luka, lantas mengapa rasa masih bertengger dihati?
***kasih yang tercurah terpaksa menjadi kisah
Semilir angin menerpa sukma dalam kesenduan ini, bergelut rindu yang semakin mengakbar tak kunjung bersua di waktu yang tepat. Kepelikkan yang meresahkan sehingga menjatuhkan air mata setitik demi setitik layaknya melelehnya es kutub dibulan september. Neraca namamu bertengger direlung hati , aku terdayuh sebab rindu menyihirku. Dia menggebu bergelora berjuta rasa dalam naluriku, sungguh ini mengusik kalbuku yang mengigil malam ini. Hai rindu bisakah kau menepis sejenak?; jangan membelengguku, sebab aku ingin bernafas lega layaknya saat aku belum mengenalnya dulu.
Untukmu terima kasih telah singgah dihati melukis rembulanmu di cakrawala dan membuat sejarah asmara bersamaku, meski luka yah, itulah cinta dan tentang api luka yan membakar didada biarlah menyala sampai waktu memadamkanya. Yulianus Fandi asal Wulang Kecamatan Pacar adalah kekasih masa silam dia insan yang teristimewa untukku, dia tampan gagah, hingga detik ini aku mengaguminya dalam diam kerena aku bukan lagi memuja masa lalu. samar-samar wajahnya lagi-lagi terlintas dalam ingatan, kepelikan ini adalah dilemaku. yah, tiada kepergian tanpa meni ggalkan jejak, di sini masih ada segumpal rasa rindu yang merengut batin. Hmm..antara melupakan dan tak terelakan selalu berperang menyakitiku perlahan. Luka ini terlalu tajam dan hati kian hancur berkeping-keping,, bagaimana tidak aku satu kelas denganya; sebenarnya bukan tentang dia tetapi kenagan itu terlalu indah dilupakan juga terlalu sakit diingat rupanya aku belum mengikhlaskan perpisahan ini.
***
Hangat mentari pagi merampas kebekuan alam yang silam cucurkan embun sejuk menggairahkan sekali “Ilan sudah dari tadi? ” untaian sapa hangat Fandy. Aku terengah-engah, denyut nadiku beretak cepat, serambi membalas dengan wajah merah tersipu malu “iya fandy, barusan kok” santunku menjawab lelaki itu. Jemariku kaku mataku berkedip sudah lama sapanya tak kudengar, wajar bila aku kaget hingga disapanya saja, aku terlena terlarut dengan senyumman manisnya didepanku, “ sudahlah ilan, dia masa lalumu” gumamku dengan perihnya.
***
Kegiatan belajar mengajar hari ini telah usai, Aku, dia dan teman-teman kelas XII IPS 3 SMAN 2 Macang Pacar bergegas pulang. langkahku tertatih saat bayangan dia dibelakangku. hufff...andai waktu itu peka, biarlah langkahku dan langkahnya sejenak jeda di sini, akan kutatap dalam-dalam wajahnya yang tampan akan kukakatakan “ kini rinduku bersua diwaktu yang tepat” Yah... semua hanya hayalanku. Waktu akan terus laju, sejenak melepas dahaga mengiris frustasi tajam pekat pada hati,aku tertawa terbahak-bahak bersama sahabatku Anggi oleh lawakan Fila adik kandungnya Anggi bersama Yetri temanya. Suara motor itu rupannya dibelakangku Beat Honda merah tepatnya. langkah kami terhenti di pertigaan Noa, kami bungkam mebisu, tak ada isyarat, mataku nberkaca-kaca ingin meneteskan air mat, tawa itu berubah dikeheningan, sungguh tak terelakan “kami duluan yah” sapa fandi membencengi Sofia kekasih barunya yang kutuduh benalu hingga renggangnya hubunganku dengan fandi. Aku meringis sangat terbersit, air mataku tak dapat terbendung lagi, aku berada dalam kesesakkanku . sahabatku Anggi, Yetri, Fila, merangkulku dengan rasa iba. Yah... mereka mungkin merasakan sakitnya. Aku seperti gadis malang yang kehilangan seperuh hidupnya.
***
Ranjangku tempat nauganku, kali ini aku rapuh, linangan air mata terus berjatuh, aku terlena dengan bahagiaku dulu saat bersamamu dua tahun silam, dan sekarang rasa sakit membumbung langit kamarku. Semua berubah, kenagan itu masih terbungkus rapi kudekap lirih arti kerinduan yang sesungguhnya. Kau pergi tinggalkan luka myang mengiri, aku pening semangatku buram. Yah... karena cinta yang tak beralasan takkan melepaskan walau luka terus mengangga. remuk redam jiwaku,aku tergelincir dalam jurang yang bernama cinta. Prahara kekecewaan yang mendalam matahariku enggan merekah lagi. Ikhlas itu seperti pahitnya daun pepaya muda. Mungkin pahit namun menghalau penyakit. Aku terlalu lemah untuk mencintai, semakin aku menghilang rindu semakin menggebu, aku letih aku tak tau arahku, aku tersesat dalam rimba. Aku terdayuh dan semakin tersayati, semua rasa ini tak bisa kupungkiri.
***
“Aku tahu perasaanmu,aku pernah diposisimu, berdoa saja kita masih usia 17 tahun, tak sepantasnya kita merasakan sakit hati, kau pasti bisa melewatinya, simpan air matamu untuk bahagiamu nanti, aku disampingmu , ceritakan keluh kesahmu, aku sahabatmu” tutur Anggi dengan lembutnya. “tetapi untuk hal ini, menangis sajalah, kau tak bisa bohongi hatimu yang terluka, bahuku sandaranmu” ucap anggi kedua kalinya. Aku melebarkan bibirku, aku terharu dengan ucapan anggi, Tuhan menitip anggi bagai malaikat tak bersayap hinggap dihatiku. Tuhan mengirimkan anggi malaikatNya untukku. Saat ini setidaknya dia membangkitkan aku dari kegelisahanku sejenak. Dari kesenduan ini aku mengerti arti sahabat, pahit dan manisnya kisahku adalah akan menjadi kisahnya juga.
***
Ada bayang tersembunyi dibilik hati, yang berlari lelah mengikuti jejak ini, aku kehilangan rasa yang tak kumengerti. Jika mencintaimu adalah luka, lantas mengapa rasa masih bertengger dihati? sederhananya, kamu adalah luka yang kusukai. Aku candu akan bahagiaku dulu dan aku lupa caranya melenyapkan dinaluriku. kasih yang tercurah terpaksa menadi kisah, masih banyak rasa yang ku bendung, biarkanlah menadi hasrat tersiratku. “Oh, ya...ingatkah engkau saat pulang penerimaan rapor kenaikan kelas XII akhir juni kemarin?, kau membelikan snack (Tiara) diwarungnya om Efan, kenangan kebersamaan kita sebagai akhir perjumpaan kelas XII itu, sebelum agustus perpisahan kita” gumamkun akan kerinduan simponi itu, kita tak lagi bersama, setidaknya aku pernah ada dalam ceritamu. Terima kasih pernah menjadi bianglalaku, ha..ha..ha..Yah, kisah cinta SMA tepatnya di SMAN 2 Macang Pacar, di puing desa Waka.
***
Kamu benar-benar mencintai seseorang ketika kamu tak akan mencintainya, meski rapuhnya telah menyakitimu, Yah,...itu aku. Nyatanya cinta itu tak bisa didefinisikan, dia hadir tanpa diundang, tanpa alasan , jangan tanyakan kemana sekarang, aku mencintai lukaku, hari ini dan bahkan mungkin besok juga selamanya. Waktu memang akan terus melaju, percayalah bayangmu takkan semu. Dan untukmu sofia, aku takkan membencimu, hanya saja aku kecewa dengan kita yang dulu bercanda gurau kini aku merasa asing darimu.
Salam Lestari Literasi.
Editor: Hironimus Deo
Sahabat Penggerak Literasi SMAN 2 Macang Pacar, Manggarai Barat, NTT.
Mantp Adek 😊 Salam literasi buat adek² Smndu👍🙏
BalasHapusTetap semangat dalam berliterasi🙏
Terima kasih adek 🙏
Hapus