Cerita Pendek : Perjuangan Yang Tak Sia Sia - Astrivo - Spesial HUT KE-77 RI


**Karya : Astrivo N. Sulti**

   Astrivo adalah peserta didik kelas XII IPS B SMA Negeri 2 Macang Pacar yang memiliki bakat menulis sejak kelas XI. Berkat ketekunan dalam hal literasi dia meraih juara 1 lomba Menulis dan Deklamasi Puisi yang diselenggarakan oleh sekolahnya tahun 2022 dalam sebuah perlombaan HUT KE- 77 RI.

Selamat Membaca...

    Edwar adalah salah satu murid di SMPN 01 Pacar . Ia siswa kelas 1X. Edwar murid yang sangat pintar dan baik hati. Guru dan teman – temannya sangat mengagumi kecerdasannya. Dia jugaa menjadi sosok panutan yang baik bagi teman-temannya di sekolah. Tidak heran kalau teman- temannya ingin belajar banyak dari padanya, dan ia juga mempunyai sifat untuk saling membantu yang sangat tinggi. Bukan hanya di sekolah saja ia dikagumi, melainkan juga di lingkungan masyarakat. Ia suka menolong dan juga mempunyai sikap rendah hati. Ia juga mepunyai wajah yang tampan sehingga banyak perempuan yang suka sama dia.
  Di sekolah, Edwar memiliki teman bernama Riko. Ia juga siswa yang sangat cerdas, namun bedanya ia sangat sombong dan juga sering merendahkan teman-temannya yang sulit memahamai pelajaran. Ia berasal dari keluarga yang sangat kaya dan terhormat. Di sekolah Riko hanya bergaul dengan teman- teman yang berlatar belakang keluarga sama seperti dia. Sedangkan Edwar, Ia berasal dari keluarga yang sangat sederhana tetapi ia sangat bersyukur bisa terlahir sempurna dan mempunyai orang yang hebat dalam hidupnya. Ia hidup bersama kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa yang bernama Ciren. Mereka boleh dikatakan orang yang miskin, namun mereka selalu bersyukur atas kehidupan mereka saat itu. Ia selalu diajarkan bersyukur oleh orangtuanya. Mereka berkeyakinan walaupun mereka miskin harta yang penting jangan miskin iman kepada Tuhan. Mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan hidup. Ayah Edwar mengidap penyakit kanker. Hal tersebut membuat Edwar bekerja keras membantu ibunya mengumpulkan uang untuk biaya kehidupan mereka dan uuga biaya pengobatan ayahnya. Berbeda dengan teman sebayanya mereka asik bermain dan bahagia diusia usia mereka yang seperti itu. Hal itu tidak dirasakan oleh Edwar seorang diri.

   Suatu hari, ketika ia masih di sekolah Ia mendapat kabar bahwa penyakit ayahnya kambuh lagi dan harus dilarikan ke rumah sakit supaya tertolong. Air matanya perlahan membasahi pipi mungilnya. Perasaan bahagia dengan teman- temanya kini sudah tak ada lagi. Tangis adalah hiasan perasaan yang ada saat itu. Ia pun pulang ke rumah. Air matanya tak sanggup untuk bertahan, ketika sosok penyemangat hidupnya terbaring lesu di atas kasur yang kusut. Hari itu adalah hari terberat dalam hidupnya. Ia tidak bisa merawat ayahnya di rumah sakit. Hatinya sangat hancur. Seakan bumi tak bersamanya hari itu. Ia mulai menyalahkan dirinya. Ia sangat terpukul. “ Aku memang anak tak berguna, aku hanya menyusahkan kedua orangtuaku. Maafkan aku ayah, aku tak bisa menjadi anak yang baik bagimu. Ayah harus kuat. Ayah harus sehat, aku janji membuat ayah sehat kembali,” ungkapnya dalam hati.
     Keesokan harinya Edwar kembali bersekolah, namun ia tampak tak bersemangat seperti hari- hari sebelumnya. Di sekolah ada pengumuman dari kepala sekolah bahwa akan diadakan berbagai perlomban untuk memeriahkan HUT KE-73 RI. Aku ikut dalam perlombaan itu, yang memenangkan lomba tersebut akan diberikan hadiah berupa uang. Menulis dan membaca puisi adalah salah satu mata lomba dari sekian banyak mata lomba lainnya. Ibu Efin selaku wali kelas memberikan kesempatan kepada mereka yang berminat. Edwar dan Riko berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Edwar sangat memanfaatkan kesempatan ini dan bekerja keras agar menjadi juara, agar bisa memenuhi janjinya untuk mengobati sang ayah.
   Setiap hari Edwar dan Rikko berlatih membuat puisi dan melatih membaca agar lolos pada tahap penyeleksian. Tibalah hari penyeleksian para peserta lomba. Mereka menunjukan hasil karya mereka dan karya mereka sangat bagus dan membuat para juri terpukau sehingga mereka lolos pada tahap penyeleksian. Edwar kembali belajar giat agar menang dihari perlombaan nanti. Ia mempersiapkan karya dan mempersiapkan mental agar tidak gugup di atas panggung. Hari perlombaan sudah di depan mata, hari itu tanggal 15 Agustus 2018. Edwar dan Riko bersiap –siap untuk menampilkan siapa yang terbaik dihadapan para juri. Dalam perlombaan tersebut Riko ditemani oleh beberapa temannya. ” Rik. kamu pasti menang mengalahkan bocah kampungan itu. Kamu kan pernah menjadi juara baca puisi waktu SD”, kata dari salah satu temannya dan meremehkan Edwar. “Kalian tenang saja, saya pasti menang dan mengalahkan kampungan itu”, sahut Riko sambil menatap sinis pada Edwar. Namun perkataan mereka tak dihiaraukannya. Jam Menunjukkan pukul 09:00, tandanya perlombaan dimulai. Dan penampilan pertama adalah Riko ada hal yang aneh pada nya , ia tidak bisa membaca karyanya. Ia demam panggung , ia tidak bisa membacakan karyanya. Dengan penuh rasa malu ia turun dari panggung. Ia sangat marah terhadap dirinya dan teman –temannya. Tibalah giliran Edwar mendeklamasikan karyanya, semua juri memberikan tepuk tangan yang meriah kepadanya ketika ia telah membacakan puisinya. Ia membawa puisi berjudul Ayah. Ia mengisahkan penderitaan ayahnya dalam indahnya diksi-diksi dalam nada puisi. Puisinya sangat menyentuh sekali seirama cara membawanya sangat mendalam sekali. Tak heran para juri meneteskan air mata mengingat orang tua mereka lewat puisi Edwar. Dan ia banyak menerima pujian dari banyak orang termasuk ibu Eflin. Hasil perlombaan akan dibacakan usai upaacara bendera tanggal 17 Agustus 2018.

   Dua hari berselang mereka pun mengadakan upacara bendera. Setelah upacara bendera kepala sekolah mengumumkan hasil perlombaan. Edwar mendapat juara satu dalam lolmba tersebut, sesuai janjinya kepala sekolah memberikan hadiah kepada Edwar selaku juara. Dia sangat bahagia . Ia bisa memenuhi janjinya kepada sang ayah. Setelah semuanya selesai mereka pulang. Dirumah ia memberitahukan informasi yang bahagia itu.” Nak, terimakasih ya. Kamu harus bekerja untuk kami”, kata orangtuanya dengan perasaan bangga terhadap sang anak.” Sebenarnya aku yang berterima kasih kepada kalian. Itu semua doa dan berkat ayah dan ibu”, sahut Edwar sembari memeluk ayah dan ibunya. Pagi menyapa Edwar dengan sang fajar. Hari itu mereka ke rumah sakit untuk memeriksa sang ayah. Di rumah sakit ayahnya ditangani dengan cepat oleh dokter. Dan dokter menyarankan untuk diopereasi, agar sang ayah bisa terselamatkan dari sakitnya. Mereka pun mengiyakan saran sang dokter. Proses operasi pun berlangsung lancar dan ayah Edwar kembali menghirup udara kesehatan. Senyum bahagia tersirat paada wajah Edwar , karena telah memenuhi janji sang ayah. Mereka pun hidup bahagia. 


Editor : Deo Hironimus
Sahabat Penggerak Literasi SMA Negeri 2 Macang Pacar Manggarai Barat NTT.



Komentar

Postingan Populer