Kisah Pengalaman Nyata Pembelajaran di rumah Selama Pandemi Covid-19 // GELAP MENUJU TERANG

 


Oleh : Hironimus Deo, S. Pd.

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

SMA Negeri 2 Macang Pacar

Penggerak Literasi SMA Negeri 2 Macang Pacar 

Manggarai Barat. Nusa Tenggara Timur



GELAP MENUJU TERANG

 

Pembelajaran kali ini sangat berbeda bagi saya. Diam di rumah anakku terlantar tidak mendapatkan secarik pengetahuan. Aku harus bangkit dari gelap menuju terang. Lewati hari dengan sendiri menuju rumah anak didikku. Jarak yang aku tempuh menuju rumah peserta didik sangat variasi dari 1 km sampai dengan 5 km per hari. Naik turun bukit dengan roda dua kuras tenaga, lewati jalan belum disentuh aspal, takluk jurang maut, menyebrangi air sungai adalah hal yang tidak mudah.

Hal yang saya lakukan dikampung selama pembelajaran dari rumah atau sebutan keren home learning merupakan tantangan baru bagi saya yang lahir dikampung, Yah. letih lesu gurat kesedihan diwajahku berpasrah pada siapa?, kalau menunggu bumi ini sembuh menunggu itu belum pasti sementara siapa yang mau mencerdaskan anak-anak bangsa di pelosok negeri ini. Aku harus ambil resiko dengan caraku tak sembunyi di mata anak didikku. Pembelajaran dengan menggunakan metode kunjung rumah peserta didik adalah langkah awal walau hanya 1 jam dari rumah ke rumah, aku memberi materi pada peserta didik di rumah. Selang beberapa jam kemudian aku memberi tugas sesuai dengan materi ajar yang saya berikan pada anak didikku, beberapa jam sebelumnya. Ya. aku menunggu hasil kerja mereka, aku menunggu karena aku tahu inilah caraku selama pandemi Covid-19 pelajaran bisa ditempuh walau belum maksimal di mata peserta didik.

Singkat cerita dua siswa yang setia bersamaku hari itu adalah, “Maya dan Osna”  mereka masih siswi kelas XI Program IPS di SMA Negeri 2 Macang Pacar Kabupaten Manggarai Barat, Ntt; sekolah tempat aku bekerja. Maya dan Osna dua anak yang rajin ku kenal jauh sebelum Covid-19 hadir dibumiku. Mereka lahir dari keluarga sederhana, rumah berlaskan tanah, berdinding bambu. Mereka berdua siswa yang tidak memiliki handphone android untuk mengerjakan tugas Via  Facebook, WhatApp, Messenger seperti siswa yang lain. Hati saya sedih saat mereka bercerita tentang kekurangan dan hambatan pembelajaran via online dari rumah. Oh, begitu ya dek..(sambil tertawa bercanda).       Aku tidak terlarut dalam kesedihan di hati mereka. Aku harus mencari cara agar mereka senang dengan memutar alunan musik instrumen tenangkan hati dan pikiran mereka saat menegerjakan tugas. Waktu sudah pas Maya dan Osna mengumpulkan hasil tugas mereka di meja tamu rumah.

Cerita pengalaman menambah keakraban aku dan mereka hari itu. Tiba- tiba dari belakang dapur rumah mereka menyahut hangat selamat siang, dan ternyata mereka  adalah kedua orang tua Maya dan Osna. Mereka bersalaman menyambutku dengan senang hati. Suasana keakarabban dalam cerita semakin lama semakin haru dan hatiku senang siang itu.

Aku memaksa membuka suara sesuai kapasitas saya sebagai guru untuk anak mereka siang itu. Waktu laju begitu cepat aku mulai membagikan kisah pada mereka tentang langkah- langkah orangtua mengawasi dan mendidik anak selama pandemi Covid-19.

Pertama, Aku menjelaskan pada orangtua mereka tentang situasi yang terjadi saat ini. Bahwa belajar di rumah merupakan salah satu cara peserta didik pencegahan virus corona. Disamping itu, saya menyarankan agar selalu memakai masker dan mencuci tangan ketika melakukan aktivitas di dalam dan ke luar rumah menambahkan sesuai aturan protokoler Covid-19 kesehatan setempat.

Kedua, saya menjelaskan kondisi pendidikan anak didik kita seluruh Indonesia saat ini belajar dirumahkan bukan diliburkan hal itu saya mengajak mereka bagaimana pentingnya mengatur waktu  misalnya  bangun pagi yang disiplin, mandi, belajar, hingga waktu yang ditentukan.

Ketiga, saya mengajak dan memberi saran pada orangtua mereka agar sementara waktu memperhatikan atau menjadi guru pertama selama virus corona ini untuk anak-anak mereka agar bisa memahami dan tidak memberikan pekerjaan yang berat terhadap kedua anak didik itu.

Keempat, saya mengajak mereka agar selalu mendampingi tidak membiarkan anak belajar terlalu larut malam, pola makan sehat teratur dan jagalah mereka saat belajar dengan diselingi cerita humor atau bernyanyi.

Kelima, menyarankan bahwa saya tidak selamanya ada bersama anak-anak didik menetap di satu rumah. Jika ada kesempatan atau mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran kedua anak ini bisa menghubungi dengan cara meminjam handphone untuk bersuara dengan saya atau bapak ibu guru lain.

Dan pada ahirnya pembelajaran saat ini aku harus mencari banyak cara agar anak didik tidak gelap dalam menemukan pengetahuan baru, virus corona bukan menjadi penghalang bagi saya untuk menemukan anak didik. Selagi aku masih bisa bernafas dan masih dalam keadaan sehat akan kulakukan dengan caraku agar mereka tidak ketinggalan dalam hal pengetahuan.

Sebagai generasi pelosok yang masih mempunyai kesempatan mendapatkan pendidikan, Aku ketertiggalan adalah hal Iptek namun aku tidak berhenti berbagi selagi aku bisa karena sakitnya bumiku merupakan sebuah ujian pelajaran menuju terang anak didikku.






Komentar

Postingan Populer