Ringkasan Buku Sekolah Kelas X (SMA / MA) Bahasa Indonesia

 

Ringkasan Buku Sekolah    
Kelas X (SMA / MA) 
Bahasa Indonesia

 

https://hironimusdeo.blogspot.com

 

SMAN 2 Macang Pacar

 2021

 

 

 

 

Bab I

Menyusun Laporan Hasil Observasi

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGDxq-LUUa72mQKURAbfR_LlWW4lXVkULBpr15yqbkBhUeCQaW1xSYiNbLkWEOdxJuauSIe_7BxNSFMSAF5R5JBQ_TSv7QEdetVu_aagI2aEjTmmfHuMdZ3Dh18_KKsCG2HmPzKPnBI-wI/s320/PIC_0_img_132471336284123042.jpg

 

Sebuah laporan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan. 

Menyusun Ringkasan Isi Teks Laporan Hasil Observasi

Sebuah ringkasan pada dasarnya merupakan rangkaian pokok-pokok pikiran yang dirangkai menjadi satu dengan tetap memerhatikan urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan. Untuk menyusun sebuah ringkasan, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah membaca pemahaman isi teks, kemudian menemukan pokok-pokok isi informasi di dalamnya.

Pokok-pokok isi sebuah teks dapat ditemukan dengan menemukan kalimat utamanya. Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya memiliki pokok pikiran atau gagasan utama yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Gagasan utama bersifat umum dan dapat melingkupi semua isi yang ada dalam sebuah paragraf.

Fungsi Teks Laporan Hasil Observasi

Hasil observasi terhadap suatu objek juga dapat berfungsi untuk memberitahukan kepada pihak berwenang atau terkait suatu informasi. Selanjutnya, informasi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan kebijakan. Salah satu contohnya adalah teks laporan hasil observasi kerusakan lingkungan.

Selain itu, banyak teks laporan hasil observasi yang dapat dijadikan bahan informasi untuk berbagai kepentingan. Teks laporan hasil observasi secara umum juga berfungsi sebagai alat pendokumentasian suatu objek atau suatu kegiatan.

Setiap teks pasti memiliki struktur dan unsur pembangun. Demikian pula dengan teks laporan hasil observasi. Teks laporan hasil observasi disusun dengan struktur (a) pernyataan umum atau klasifikasi, (b) deskripsi bagian, dan (c) deskripsi manfaat. Pernyataan umum berisi pembuka atau pengantar hal yang akan disampaikan. Bagian ini berisi hal umum tentang objek yang akan dikaji, menjelaskan secara garis besar pemahaman tentang hal tersebut. Penjelasan detail mengenai objek atau bagian-bagiannya terdapat pada deskripsi bagian. Deskripsi manfaat menunjukkan bahwa setiap objek yang diamati memiliki manfaat atau fungsi dalam kehidupan.

Pernyataan umum biasanya disajikan dalam kalimat definisi. Kalimat definisi seringkali mengggunakan konjungsi adalah, ialah, yakni, merupakan, dan yaitu.

Menganalisis Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi

1. Kata serta Frasa Verba dan Nomina

Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang dominan digunakan dalam sebuah teks laporan hasil observasi adalah verba (kata kerja) dan nomina (kata benda). Untuk memahami hal tersebut, perlu mengetahui perbedaan antara kata dan frasa. Kata berbentuk morfem atau morfem bebas, yaitu satuan bahasa terkecil (dapat memiliki arti maupun tidak) yang bersifat bebas. Frasa merupakan gabungan beberapa unsur namun tidak melebihi batas fungsi.

Artinya, sekalipun terdiri atas beberapa unsur namun hanya memiliki satu fungsi dalam sebuah kalimat. Selain itu, frasa merupakan kelompok kata yang nonpredikatif, atau tidak menduduki subjek dan predikat.

2. Afiksasi

Dalam kegiatan berbahasa, kata yang digunakan dapat berupa kata dasar atau kata bentukan. Kata dasar adalah kata yang belum mendapat imbuhan, pemajemukan, atau pengulangan. Kata bentukan adalah kata yang telah mendapat imbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi), dan pemajemukan ketika digunakan.

3. Kalimat Definisi dan Kalimat Deskripsi

4. Kalimat Simpleks dan Kompleks

Kalimat dalam sebuah teks dapat dibentuk hanya oleh satu klausa, yaitu bagian kalimat yang memiliki subjek dan predikat (predikatif).

Kalimat yang hanya memiliki satu klausa disebut sebagai kalimat simpleks atau biasa disebut pula sebagai kalimat tunggal.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-_ooVrscJldS5p_Iz_ps69Gi1EKQmgLcKGgBh92BEDaupD2mt42NFHPg1bN2p9ZNgaxaFb3DuyCLY_-fTYXTetKAYqgfVywGKp0qyzNVfkWaLvsajC9WofG_0oB8ckJo8GXvkeG5_DZQT/s320/PIC_1_img_132471336808766855.jpg


Kalimat kompleks atau kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau lebih klausa. 

Kalimat kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau majemuk setara dan kalimat kompleks atau majemuk bertingkat. 

Kalimat majemuk setara memiliki dua klausa yang setara dalam suatu kalimat, sedangkan kalimat majemuk bertingkat memiliki klausa ganda yang tidak sama atau berada di bawah fungsi utama suatu kalimat. 

Fungsi-fungsi utama dalam dalam kalimat majemuk setara membentuk induk kalimat atau klausa atasan. Fungsi-fungsi yang membentuk tingkat, yaitu yang mengikuti konjungsi subordinatif disebut klausa bawahan atau anak kalimat. Kalimat majemuk setara biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi koordinatif (setara), sedangkan kalimat majemuk bertingkat biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi subordinatif (bertingkat).

 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhc2pbGe3a3ROQYdGLSoSTDWtMlOptIhElh4s5-zx214vFah3OAcDYLnqC-Iu1E6K1PmG2lATrTVLOvGJhxUtlUSptAxObCXaxFCmaflDD5gzKcTCyzg_T7Up9vt-KQCzCR84536ZAadqta/w330-h400/PIC_2_img_132471337198923962.jpg

 

Bab II

Mengembangkan Pendapat dalam Eksposisi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4q2tqVIIPGC3-TToYAiNHP16hsF3ijPno9_GwmxNpR5lFEkdpR8EqzOoOtmi8eavMTXCGGP5V7p7K33JagUphpLaSy9DGeGwXWiaEC40zyMeJX7Ot7okyarLVvLRU4E1tZgUyrf4R_Vtl/s320/PIC_3_img_132471341063932243.jpg

 

Menginterpretasi Makna dalam Teks Eksposisi

Eksposisi biasa digunakan seseorang untuk menyajikan gagasan.

Gagasan tersebut dikaji oleh penulis atau pembicara berdasarkan sudut pandang tertentu. Untuk menguatkan gagasan yang disampaikan, penulis atau pembicara harus menyertakan alasan-alasan logis. Dengan kata lain, ia bertanggung jawab untuk membuktikan, mengevaluasi, atau mengklarifikasi permasalahan tersebut. Bentuk teks ini biasa digunakan dalam kegiatan ceramah, perkuliahan, pidato, editorial, opini, dan sejenisnya.

Salah satu bentuk komunikasi lisan yang menggunakan teks eksposisi adalah berpidato. Sebagaimana diketahui, pidato merupakan kegiatan berbicara di depan umum untuk menyatakan pendapat atau memberikan gambaran tentang suatu hal.

Dalam menyampaikan argumen, pembicara atau penulis dapat menggunakan fakta dan alasan-alasan yang logis. Fakta-fakta disajikan dalam kalimat fakta, sedangkan alasan yang logis disajikan dalam kalimat opini.

Kalimat fakta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia hingga tanggal 13 Mei 2013 mencatat ada 158.812 narapidana dan tahanan di Indonesia, yang 51.899 orang di antaranya terkait kasus narkoba.

Kalimat opini: Sebagai generasi muda, calon penerus perjuangan bangsa, sudah seharusnya kita menyiapkan diri menjadi generasi yang berkualitas.

Mengembangkan Isi Teks Eksposisi

Eksposisi dikembangkan berdasarkan gagasan pokok yang dinyatakan dalam tesis atau pernyataan pendapat. Untuk menguatkan pendapat tersebut digunakanlah argumen-argumen.

Salah satu cara berlatih menyampaikan pendapat dengan eksposisi adalah dengan menyampaikan kembali gagasan pokok yang terdapat dalam eksposisi.

Teks eksposisi merupakan teks yang dibangun oleh pendapat atau opini. Sejalan dengan isi teks eksposisi, struktur teks eksposisi meliputi (a) tesis atau penyataan pendapat, (b) argumentasi, dan (c) penegasan ulang.

Tesis atau pernyataan pendapat adalah bagian pembuka dalam teks eksposisi. Bagian tersebut berisi pendapat umum yang disampaikan penulis terhadap permasalahan yang diangkat dalam teks eksposisi.

Argumentasi merupakan unsur penjelas untuk mendukung tesis yang disampaikan. Argumentasi dapat berupa alasan logis, data hasil temuan, fakta-fakta, bahkan pernyataan para ahli. Argumen yang baik harus mampu mendukung pendapat yang disampaikan penulis atau pembicara.

Penegasan ulang bertujuan untuk menegaskan pendapat awal serta menambah rekomendasi atau saran terhadap permasalahan yang diangkat.

Untuk menyusun sebuah teks eksposisi, mulailah dengan mendata gagasangagasan pokok yang sesuai dengan topik yang akan kita bahas. Selanjutnya, kembangkanlah gagasan-gagasan pokok tersebut dengan gagasan penjelas agar ide yang kita sampaikan menjadi jelas bagi pendengar atau pembaca.

Bab III

Menyampaikan Ide Melalui Anekdot

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIs-neLaWjO59Q5d39544vuxDdVhj5xUfTBdEaiQ_5Lsd_shPJHPYmal1OA8iiC_Xb6Kp-9UfiVGQbcZ3YFqP69-e6YM7vy_TA79Xdo4AyPEcVhEjltH0yi1rrIfkUqAuYa8Gqm1vzAOEu/s320/PIC_4_img_132471346931722321.jpg

 

 

Alih-alih menggunakan model dua anak muda, misalnya, fotografer yang membuat foto itu malah mengambil gambar dua ekor kucing. Sebuah kecerdasan menangkap momen. Cara menyampaikan sebuah makna secara tersirat seperti pada gambar di atas juga berlaku dalam anekdot.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendengar atau membaca cerita lucu. Cerita lucu tersebut bisa jadi hanya merupakan cerita rekaan, tetapi banyak juga yang didasarkan atas kejadian nyata. Ada cerita lucu yang dibuat benar-benar untuk tujuan menghibur, tetapi ada juga yang digunakan untuk tujuan lainnya.

Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot.

Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.

 

Surat Tukang Buah kepada Tukang Sayur

Wajahmu memang manggis

sifatmu juga melon kolis

Tapi hatiku nanas karena cemburu

Hatiku anggur lebur

Ini delima dalam hidupku

Memang ini salakku

Jarang apel di malam minggu

Aku ... mohon belimbing-mu

Kalo memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu

Semangka kau bahagia dengan pria lain

Sawo nara .....

Dari: Durianto

 

Balasan dari Tukang sayur

Membalas kentang suratmu itu

Brokoli-brokoli sudah kubilang

Jangan tiap dateng rambutmu selalu kucai

Jagungmu tak pernah dicukur

Disuruh dateng malem minggu

eh nongolnya hari labu

Ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin pare

Kalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel

Dari : Sayurati (Dikutip dari https://plus.google.com/u/0/communities/104074508652281682239 dengan penyesuaian)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitTA5mKH4pf50O_Ibh85KJg_2KtO5iHVX-doW-rzHDH_7IemlDzqM2szEoMnQ435SzmbK22b5l4DosM8tqYB4QQ8Qd1JkRqQQm30Y5kdknCZIe66n-dA2Gb9gLlfJzuqDFPc-qUjx0Alcw/s320/PIC_5_img_132471353621409805.jpg

Makna tersirat anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal ini tentu saja tetapi lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat kritik. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh41vTWYjvkNjQ2k_0LHX_2UfMcSliXAuPlkUuDzxyx_yvqKsHAd22RlRm5GIHTrFQDi_q65k22WW9QbUdIOdUYBf5L6sbdZFrIVvHvYUohRR9U_Bt2BZzxvUSRGnZPFb8HUiMCBnoUG4MW/s320/PIC_6_img_132471353795565771.jpg

Anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks lainnya.

Teks anekdot memiliki struktur abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.

Contoh.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdj_LPS-C3MdUJJ8h5Oif-GNqH0xOHOEM1yx5Sry1NvVBUWkjVk9pzzb7P-2EVVFYUhwLBYoMMwhSNFZDBleGTPBJC-lAd86lNvU_LgdVdiFjXLwCYQoThB8sz2eK-m1ewPUlFcldOMRqX/s320/PIC_7_img_132471356197089470.jpg

contoh dialog anekdot

Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi.

Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu (a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu, (b) menggunakan kalimat retoris, [kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban]; (c) menggunakan konjungsi [kata penghubung] yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu; (d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan, ; (e) menggunakan kalimat perintah (imperative sentence); dan (f) menggunakan kalimat seru.

Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.

Contoh. 

Dosen yang juga Menjadi Pejabat

 

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri,” kata Tono kepada Udin. Udin ogah-ogahan menjawab pertanyaan Tono. Udin beranggapan bahwa masalah yang dibicarakan Tono itu tidak penting.

Namun, Tono tetap meminta agar Udin mau menerka teka-tekinya.

“Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri,” jawab Udin merasa jengah. Ternyata jawaban Udin masih juga salah. Menurut Tono, dosen yang juga pejabat itu tidak bersedia berdiri sebab takut kursinya diambil orang lain.” Mendengar pernyataan Tono, Udin menanyakan apa hubungan antara menjadi dosen dan pejabat.

“Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain,” ungkap Tono.

Udin : “???


Bab IV

Melestarikan Nilai Kearifan Lokal Melalui Cerita Rakyat

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDOWi7XIAP_3mgZX27xThJwZ3oysD3PleEzxXluess6UWigIQMktwd03nt1KgsM1vegQ2aTLRXuaXe39Dm1E-m3976PmRWTP14dxWeVaMKU0-nNlYJDgxVDggqlVEwmyTljNmjXr1o4PMx/s320/PIC_8_img_132471360442347301.jpg

 

Mengidentifikasi Nilai-nilai dan Isi Hikayat

Cerita rakyat memiliki banyak ragam, salah satunya adalah hikayat.

Hikayat merupakan cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya.

Kegiatan mendengarkan hikayat memiliki banyak manfaat. Kamu akan mengetahui tentang budaya, moral, dan nilai-nilai kehidupan lain. Dari cerita hikayat, kita dapat memetik nilai-nilai kehidupan sebagai cermin bagi kehidupan kita.

Mengidentifikasi Karakteristik Hikayat

Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun lain karakteristik hikayat antara lain (a) terdapat kemustahilan dalam cerita, (b) kesaktian tokoh-tokohnya, (c) anonim, (d) istana sentris, dan (e) menggunakan alur berbingkai/cerita berbingkai.

Mengidentifikasi Nilai-nilai dalam Hikayat

Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan). 

Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat

Hikayat dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrinsik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan alur.

Kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas) dan penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian.

a. Penggunaan Majas

Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan.

Majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol.

Majas simile juga banyak digunakan dalam hikayat maupun cerpen.

Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.

b. Penggunaan Konjungsi

Baik cerpen maupun hikayat merupakan teks narasi yang banyak menceritakan urutan peristiwa atau kejadian. Untuk menceritakan urutan peristiwa atau alur tersebut, keduanya menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian. 

 

Bab V :

Membuat Kesepakatan Melalui Negosiasi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjikGrigvQBZtgLv7iKUOTXH-GbGRfKlyHyx_zuLAvkDJ5a9foHZ91P-vAmudzz5cS2RnOWx46jVUJQQ3svLaVhjXr6yQLk6-el4HgeOFFs6ZoiJGR_ot6mHMseg3Xjzduu1_I9oeas1b5B/s320/PIC_9_img_132471366577635837.jpg

 

Pada dasarnya, negosiasi ialah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) lain.

Tujuan negosiasi ialah mengatasi atau menyesuaikan perbedaan, untuk memperoleh sesuatu dari pihak lain (yang tidak dapat dipaksakan).

Negoisasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak dalam melakukan transaksi, atau menyelesaikan sengketa/perselisihan pendapat.

Inti dari negosiasi adalah sebuah komunikasi yang dipergunakan ketika ada perbedaan kebutuhan/kepentingan yang mengakibatkan sebuah pertentangan. Pertentangan tersebut akan diselesaikan dan dipecahkan dengan sebuah perundingan (negosiasi) sehingga kedua belah pihak dapat merasa diuntungkan.

Sebuah permasalahan akan dengan mudah terselesaikan jika masingmasing pihak memberikan penawaran yang menjadi solusi terbaik dalam sebuah perundingan.

Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan sebuah negosiasi antara lain sebagai berikut.

1. Kesediaan semua untuk berkompromi dengan pihak lain.

2. Tidak ada pihak yang dirugikan.

3. Kesepakatan yang dicapai bersifat praktis, dapat dilakukan.

4. Alasan yang disertakan mampu memengaruhi pihak lain.

 

Pasangan Tuturan dalam Teks Negosiasi

Pasangan tuturan sesungguhnya adalah tindakan saling memberi pesan dan merespons antara partisipan dalam kegiatan negosiasi.

Berikut adalah contoh-contoh pasangan tuturan.

1. Mengucapkan salam > membalas salam

2. Bertanya > menjawab atau tidak menjawab

3. Meminta tolong > memenuhi atau menolak permintan

4. Meminta > memenuhi atau menolak permintaan

5. Menawarkan > menerima atau menolak tawaran

6. Mengusulkan > menerima atau menolak usulan

 

Unsur-unsur pembangun teks negosiasi adalah 

a. partisipan, 

b. perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak, 

c. ada pengajuan dan penawaran, dan 

d. persetujuan atau kesepakatan.

Teks negosiasi dapat ditemukan dalam bentuk dialog (drama), gabungan antara narasi dan dialog seperti pada cerpen, serta pada surat penawaran dan permintaan barang.

Struktur teks negosiasi adalah orientasi, pengajuan, penawaran, dan persetujuan.

 


Bab VI

Berpendapat Melalui Debat

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxF_brJme3LbATpntHBMrmKtiu6aj28JV2gPBqTwP4XzxnpuDh46Z8H-74O5c60R9VGQBojr6gFrjV3HNh88J6KSvByCd8PkZx0d3TrC3-Nk1X9Bj2FIeyYRycJYkIZs_W_wPU-e2GtF7o/w400-h194/PIC_10_img_132471370551062196.jpg

Pernahkah kamu melihat dua pihak saling bertukar pendapat dengan mengemukakan berbagai alasan, meskipun keduanya berada pada sudut pandang yang berbeda. Kegiatan semacam itu disebut debat. 

Debat dapat terwujud apabila unsur-unsurnya terpenuhi.

Unsur-unsur debat adalah (a) mosi, (b) tim afirmasi, (c) tim oposisi, (d) tim netral, (e) penonton/juri yang dipanggil, (f) moderator, dan (g) penulis.

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh Tata Cara Debat

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOxQC86rVCc0gNAFx1ON1t_AnegIk517X28rd33Dg09BpK_FYjfoQxdF7IwOxMYr41-KY9tCG8sCo-3GK0cmFhmieCmuNXHeEK8nvv1X-uPsyWdna9YoOkEUdFguD6mW12HCAgMAWCQzHn/w290-h400/PIC_11_img_132471372422588824.jpg

Menyusun Pendapat Disertai Argumen Baik untuk Mendukung Maupun Menolak Mosi

Sebelum mempertahankan pendapat tentang suatu isu atau permasalahan, hal pertama yang harus dimiliki seseorang adalah memahami isu atau permasalahan dengan baik. Untuk itu, pihak-pihak yang akan melakukan debat harus banyak mencari informasi dari berbagai sumber Misalnya, dengan membaca berita, menyimak berita dari radio dan televisi, atau menggali informasi dari narasumber yang memahami isu atau permasalahan dengan baik.

Menyimpulkan Hasil Debat

Karena simpulan dalam debat disusun berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya, penalaran yang digunakan dalam menyusun simpulan debat termasuk dalam penalaran induktif. Ada tiga cara untuk menarik kesimpulan dengan penalaran induktif yaitu (a) generalisasi, (b) analogi, dan (c) sebab akibat.

Penarikan kesimpulan dengan cara generalisasi berpangkal pada pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus, fenomena-fenomena khusus kemudian ditarik pernyataan yang bersifat general (umum). 

Analogi merupakan proses penarikan simpulan yang didasarkan atas perbandingan dua hal yang berbeda. Akan tetapi, karena mempunyai kesamaan segi, fungsi, atau ciri, kemudian keduanya dibandingkan (disamakan).

Kesamaan keduanya inilah yang menjadi dasar penarikan simpulan.

Penarikan simpulan secara induktif berikutnya adalah sebab-akibat.

Dalam pola penalaran ini, sebab bisa menjadi gagasan utamanya, sedangkan akibat menjadi gagasan penjelasnya. Namun, dapat juga terjadi sebaliknya.

Beberapa sebab dapat menjadi gagasan penjelas sedangkan akibat menjadi gagasan utamanya. Dalam debat, penarikan simpulan dilakukan setelah pernyataan pendapat dan argumen disampaikan lebih dulu maka pola yang kedua lebih tepat. Oleh karena itu, akibat menjadi gagasan utama, sedangkan sebab-sebabnya menjadi gagasan penjelas yang disampaikan lebih dulu.

Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah.

1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).

2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.

3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif)


Bab VII 

Belajar Dari Biografi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHbuSiaMJk1o-a418Jwi83_SpKBSqe9J8JOU8QBU5aSaOfKsldCOoepjOx9_jpR_wsyYe7WrZ6GZQlhOgGFeXRotr9-EKyzSgQlpJ2ysa4glh9nOu9-Z2nY2poO-YirTPmIneNaFgHdU2M/w400-h175/PIC_12_img_132471377072512745.jpg

 

Biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.

Dalam biografi disajikan sejarah hidup, pengalaman-pengalaman, sampai kisah sukses orang yang sedang diulas. 

Umumnya, biografi menampilkan tokoh-tokoh terkenal, orang sukses, atau orang yang telah berperan besar dalam suatu hal yang menyangkut kehidupan orang banyak. Membaca sebuah biografi akan memperkaya wawasan dan sebagai teladan agar dapat menjalani kehidupan dengan baik dan mengisi hidup dengan karya yang bermanfaat, tentunya hal itu tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain.

Teks Biografi

Teks biografi termasuk ke dalam teks narasi. Oleh karena itu, struktur teks biografi juga sama dengan teks cerita ulang lainnya seperti cerpen dan hikayat yaitu orientasi, kejadian penting, reorientasi.

1. Orientasi atau setting (aim), berisi informasi mengenai latar belakang kisah atau peristiwa yang akan diceritakan selanjutnya untuk membantu pendengar/pembaca. Informasi yang dimaksud berkenaan dengan ihwal siapa, kapan, di mana, dan bagaimana.

2. Kejadian penting (important event, record of events), berisi rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis, menurut urutan waktu, yang meliputi kejadian-kejadian utama yang dialami tokoh. Dalam bagian ini mungkin pula disertakan komentar-komentar pencerita pada beberapa bagiannya.

3. Reorientasi, berisi komentar evaluatif atau pernyataan simpulan mengenai rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya.

Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin ada atau tidak ada di dalam teks biografi.

Tokoh yang riwayat hidupnya ditulis dalam biografi biasanya memiliki kepribadian unggul, dibandingkan orang lain. Kepribadian unggul inilah yang biasanya mampu mengantarkan seseorang mencapai keberhasilan dalam kehidupannya.

Kaidah Kebahasaan

Teks biografi menggunakan beberapa kaidah kebahasaan yang dominan.

1. Menggunakan pronomina (kata ganti) orang ketiga tunggal ia atau dia atau beliau. Kata ganti ini digunakan secara bervarisi dengan penyebutan nama tokoh atau panggilan tokoh.

2. Banyak menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwaperistiwa atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh.

Contoh: belajar, membaca, berjalan, melempar.

3. Banyak menggunakan kata adjektiva untuk memberikan informasi secara rinci tentang sifat-sifat tokoh.

Contoh: Kata sifat untuk mendeskripsikan watak tokoh antara lain genius, rajin, ulet. Dalam melakukan deskripsi, seringkali penggunaan kata sifat didahului oleh kopulatif adalah, merupakan.

4. Banyak menggunakan kata kerja pasif untuk menjelaskan peristiwa yang dialami tokoh sebagai subjek yang diceritakan.

Contoh: diberi, ditugaskan, dipilih.

5. Banyak menggunakan kata kerja yang berhubungan dengan aktivitas mental dalam rangka penggambaran peran tokoh.

Contoh: memahami, menyetujui, menginspirasi, mencintai.

6. Banyak menggunakan kata sambung, kata depan, ataupun nomina yang berkenaan dengan urutan waktu.

Contoh: sebelum, sudah, pada saat, kemudian, selanjutnya, sampai, hingga, pada tanggal, nantinya, selama, saat itu.

Penggambaran Karakter

Untuk menemukan karakter unggul tokoh dapat dilakukan dengan mengidentifikasi peristiwa/ permasalahan apa yang dialami seseorang serta bagaimana caranya menghadapi semua itu.

Cara penggambaran karakter unggul tokoh ada dua yaitu sebagai berikut.

a. Secara langsung, penulis atau pencerita langsung menyebutkan karakter tokohnya.

b. Secara tidak langsung melalui dialog tokoh dan dialog tokoh lain, dan apa yang dilakukan tokoh lain,

Bab VIII

Mendalami Puisi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdyjUA05mJQXbx8krLExd4ZfDmp0foHt_xP-xsZqpQ5rXqa4sOE-fAgbpKohVZJtS3S3l0-rUnJGksDqGudbjBCDoyto8UzHjXhvgLE6qipGjD2cVvgp9mmZs2yaJdLPoitKHPO_PC_Cs5/s320/PIC_13_img_132471381542028260.jpg

Ws Rendra

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam bahasa yang indah dan sifatnya yang imajinatif. Bahkan puisi juga dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulis (penyairnya). Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dirangkai dengan kata-kata yang indah, yang berbeda dengan bahasa sehar-hari, bahkan juga berbeda dengan bahasa karya sastra lainnya, seperti drama atau prosa.

Makna puisi menjadi hal yang penting bagi pembaca. Seindah apa pun rangkaian kata-kata yang dibuat oleh seseorang, menjadi tidak berarti makna atau pesan yang disampaikan di dalamnya.

Tema adalah ide dasar yang mendasari sebuah tulisan, termasuk puisi.

Tema puisi menjadi inti dari makna atau pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung bermakna konotatif, tetapi tema puisi salah satunya dapat dirunut dengan menggunakan kata-kata kunci dalam puisi tersebut. Tema puisi akan sangat menentukan penyair dalam memiih kata-kata yang digunakan dalam puisinya.

Cara Membaca

Beberapa hal yang harus dipahami ketika akan membacakan puisi, yaitu mengetahui cara membacanya. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan.

1. Rima dan irama, artinya dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Membaca puisi berbeda dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi terikat oleh rima dan irama sehingga dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun juga terlalu lambat.

2. Artikulasi atau kejelasan suara, artinya suara kita dalam membaca puisi harus jelas, misalnya saja dalam mengucapkan huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/.

3. Ekspresi mimik wajah, artinya ekspresi wajah kita harus bisa disesuaikan dengan isi puisi. Ketika puisi yang kita bacakan adalah puisi sedih, maka ekspresi mimik wajah kitapun harus bisa menggambarkan isi puisi sedih tersebut.

4. Mengatur pernapasan, artinya pernapasan harus diatur jangan tergesagesa.

5. Sehingga tidak akan mengganggu ketika membaca puisi. Penampilan, artinya kepribadian atau sikap kita saat di panggung usahakan harus tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa, dan meyakinkan (tidak demam panggung).

6. Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan membacakan puisi yaitu sebagai berikut.

a. Vokal Suara yang dihasilkan harus benar. Salah satu unsur dalam vokal ialah artikulasi (kejelasan pengucapan). Kejelasan artikulasi dalam mendemonstrasikan puisi sangat perlu. Bunyi vokal seperti /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas terdengar. Demikian pula dengan bunyi-bunyi konsonan.

b. Ekspresi Ekspresi ialah pengungkapan atau proses menyatakan yang memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, dan perasaan.

Ekspresi mimik atau perubahan raut muka harus ada, namun harus proporsional, sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan puisi secara tepat.

c. Intonasi (tekanan dinamik dan tekanan tempo) Intonasi ialah ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik (tekanan pada kata-kata yang dianggap penting) dan tekanan tempo (cepat lambat pengucapan suku kata atau kata).

 

Menganalisis Diksi dalam Puisi

Dalam menulis puisi, penyair harus dengan cermat memilih katakata agar dapat mewakili makna yang hendak disampaikan serta dapat menimbulkan efek estetis (keindahan) yang diinginkan. Kata-kata yang dipilih penyair berdasarkan pertimbangan dari aspek makna, efek pengucapannya, serta dapat mewakili pikiran dan suasana hati penyair.

Adapun diksi muncul karena adanya makna kias, lambang, dan persamaan bunyi atau ritma. Berikut ini penjelasan mengenai hal tersebut.

1. Makna Kias (konotatif)

2. Lambang (simbol) Dalam puisi, banyak digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal/ benda dengan benda lain. Ada lambang yang bersifat lokal, kedaerahan, nasional, ada juga yang bersifat universal (berlaku untuk semua manusia).

Misalnya, bendera adalah lambang identitas negara dan bersalaman adalah lambang persahabatan, pertemuan, atau perpisahan.

3. Persamaan Bunyi atau Rima Pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis. 

Berdasarkan jenis-jenis rima, pertama dapat dilihat secara vertikal (persamaan bunyi pada akhir baris dalam satu bait). Jenis-jenisnya sebagai berikut.

a. Rima sejajar berpola : a-a-a-a b. Rima kembar berpola : a-a-b-b c. Rima berpeluk berpola : a-b-b-a d. Rima bersilang berpola : a-b-a-b Kedua dapat dilihat secara horizontal (persamaan bunyi pada setiap kata dalam satu baris), yaitu sebagai berikut.

a. Aliterasi yaitu persamaan bunyi konsonan pada setiap kata dalam satu baris b. Asonansi yaitu persamaan vokal pada akhir kata dalam satu baris.

 Imaji dalam Puisi

Pengimajian adalah kata atau susunan yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

Terdapat hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian sehingga menjadi kata konkret, seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa.

 

Adapun jenis-jenis imaji dalam puisi adalah sebagai berikut.

1. Imaji visual (pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan seolah-olah objek yang dicitrakan dapat dilihat).

 

2. Imaji auditif (pengimajian dengan menggunakan kata-kata ungkapan seolah-olah objek yang dicitrakan sungguh-sungguh didengar oleh pembaca). 

3. Imaji taktil (pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang mampu memengaruhi perasaan pembaca sehingga ikut terpengaruh perasaannya).

 

Kata Konkret dalam Puisi

Kata konkret adalah kata yang memungkinkan munculnya imaji karena dapat ditangkap indra. Ini berkaitan dengan kemampuan wujud fisik objek yang dimaksud dalam kata itu untuk membangkitkan imajinasi pembaca.

Contoh kata ‘salju’ yang berwarna putih dan rasanya dingin bisa digunakan untuk menyampaikan makna kias tentang kesucian, kehampaan, dan rasa dingin. Dari konsep makna yang terdapat dalam kata salju tersebut, penyair bisa memilih kata salju untuk menggambarkan, misalnya, rasa rindu. Rasa rindu hanya tumbuh pada seseorang yang cintanya suci, tetapi menimbulkan kesedihan di hati yang mengalaminya. Contoh lainnya adalah kata ‘rawa-rawa’ yang melambangkan tempat hidup, bumi, dan kehidupan yang kotor.

 

Komentar

Postingan Populer