Cerpen : Perjuangan Sang Jelata Belum Usai
Menulis merupakan aktivitas pengekpresian ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan.
Dok.Pribadi
Cerpen: Efrasia Kristiana Sanjaya
KELAS : XI Bahasa C
Ekstrakurikuler Literasi SMAN 2 Macang Pacar
***
Titik terbatas bahagia seorang anak adalah melihat kedua orang tuanya bersama dan saling melengkapi satu sama lain Kemiskinan bukan penentuan kebahagiaan anak. Aku jenar siswa SMA N 1 pacar hari ini fajar menyingsing tampak indah diujung timur, Aku bersiap untuk kesekolah bersama sahabatku elma dia sudah menungguku diluar 5 menit yang lalu, "Ma aku berangkat sekolah dulu yah, Elma udah nungguin dari tadi tih," ucapku sebelum berangkat sekolah, " Sarapan dulu nak," kata ibuku yang berusaha menahanku, " Tidak apa-apa bu,ya udah aku berangkat dulu ya Bu," aku pamit sambil mencium tangan ibu, "Hati-hati ya nak," Aku berangkat sekolah jalan kaki,kebetulan sekolah tak jauh dari rumahku. Elma adalah sahabatku sejak SMP sampai sekarang dia masih bersama ku. Setiap pagi Elma selalu mengunjungi rumahku sebelum ke sekolah, kita selalu berangkat sekolah bersama -sama.
***
Elma adalah siswa kelas XI SMA program ilmu pengetahuan alam sedangkan aku siswa kelas XI program Bahasa. Banyak yang elma tahu tentang aku, termasuk keseharianku dirumah. Pagi ini aku berangkat sekolah lebih awal tidak seperti biasanya. Dari kejauhan terlihat satpam berdiri dengan mata sedikit melotot ,penjaga keamanan sekolahku yang melihatku dan elma dengan raut kebingungan. "Tumben sekali hari ini kalian berdua tidak terlambat," ucap pak satpam "Udah tobat pak, tiap hari dihukum karena telat," Jawabku dengan sangat malu.
***
Sampai di halaman sekolah aku dan Elma berpisah menuju ke kelas masing-masing. Di kelas aku tak ceria seperti biasanya, hari ini aku tak banyak bicara, gigi mengigit bibirku badanku seakan bergetar. Entah apa yang terjadi setelah semalam, aku kembali merenung menahan perih tentang ibuku menangis sembari terisak-isak dari kamar tidur yang sepi. Tak terasa 17 tahun berlalu aku hidup dengan seorang anak tanpa kasih sayang dari suami,itu sepintas kata yang kudengar semalam. Karena mengingat itu sepontan air mataku terjatuh lagi. Bertahun tahun lamanya kumencoba tepiskan sepi dengan kesibukan ku,tetapi sekarang semua itu berubah menjadi sakit lagi.
***
Kring......kring.....kring..... Bel berbunyi petanda kegiatan belajar mengajar segera dimulai, aku terbangun dari lamunanku dengan sapa guru bahasa Indonesia yang masuk kelas, "Selamat pagi anak-anak," salam dari pak komat sebagai guru bahasa Indonesia Serempak siswa sekelasku menjawab "Selamat pagi pak," Apa kabar semuanya, tanya pak komat spontan. "Hari ini kita menceritakan kehidupan masing-masing atau yang biasa di sebut autobiografi, namun lisan yah," Jelas pak komat. Secara berurutan semua siswa mulai menceritakannya, sedangkan aku mendapat nomor urut yang terakhir.
***
Tibalah giliran aku yang menceritakan. "Jenar ! Sekarang giliran kamu,". sahut pak komat. "Baa..baa..baik pak" dengan bibir kaku aku mulai bercerita tanpa aku sadar air mata dari teman- teman sekelas ku mengucur deras bak hujan januari lalu. Aku sendiri tak mampu menahan tangisku,suasana tadi kini berubah sepi dan sedih . Hari ini kulewati dengan penuh air mata. Sepulang dari sekolah aku kembali teringat kejadian malam tadi, bagaimana ibuku menangis tanpa suara. Sejenak kuberhenti dari jalan panjangku terlintas dipikiran,apakah harusnya aku berhenti sekolah? Namun aku teringat tentang,bagaimana ibuku berjuang seorang diri untuk membesarkan dan menyekolahkan aku . Lagi-lagi hujan air mata melinang bak muara pecahkan telaga,apa yang harus ku perbuat. Bagiku tangisan ibuku adalah pertanda beratnya beban yang dia tanggung. " Hey kenapa melamun di pinggir jalan?," Suara Elma mengagetkanku " Mungkin, karena cacing dalam perutku berdansa" ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan. "Owhh......pulang yuk, aku juga udah laper nih," rintihan Elma. "Ya udah ayo," Aku dan elma pulang bersama, namun elma jalan lurus dan tak mau mampir ke rumahku. Sampai di rumah aku menemukan rumah kosong dan sepi Aku tau ibu pasti lagi di kebun, aku dengan cepat makan dan ganti pakaian sekolah dengan pakaian kebun. Berkebun adalah kegiatan keseharian aku dan ibu setelah aku pulang sekolah.
***
Aku tidak pernah malu dengan keadaan dan pekerjaan keluargaku,tetapi itu lah motivasi mengapa aku terus berjuang untuk sekolah,karena aku yakin aku bisa memenuhi harapan ibuku. Mimpiku adalah membahagiakan ibuku, apapun alasannya itu bukan masalah,aku belajar dari ibuku . Dia bekerja tanpa mengenal lelah demi aku lalu apalah gunanya perjuangannya jika aku hanya menyerah.
Hironimus Deo// red
Komentar
Posting Komentar